EXPRESSI-O-METER: Starring: Will Smith, Tommy Lee Jones, and Josh Brolin Director: Barry Sonnenfeld | Genre:Drama, Comedy, Action Release date: 25 Mei 2012 (US) | Durasi: 106 Menit | MPAA Rating: PG-13Ingin tahu maksud dari kode diatas? Klik sekarang! Production Budget: $250 Juta US: $163,465,707 | Non US: $414,000,000 | Worldwide: $577,465,707
--SPOILER FREE-- Sudah bertahun-tahun lamanya sampai akhir-nya film bermodal sekitar $250 juta ini dirilis, dan akhir-nya kalian para penggemar kisah agen berjas hitam pun bisa bergembira. Atau penggemar Will Smith. Wah, sudah cukup lama juga dia absen dari film dan ini adalah awal come back-nya di Hollywood. Dengan dana sebesar itu, saya sampai bingung, apa saja yang dilakukan oleh Sonnenfeld hingga menguras kantong Sony sedemikian banyak-nya? Ok, sekarang saya sudah tahu dan akan saya bagikan disini. Baiklah, hit the jump for the reviews!
Men In Black 3 membawa kita ke model penceritaan masa depan / masa lalu. Yah, seperti Terminator lah. Hanya saja tanpa Arnold dan cyborg-nya itu tentunya. Hehe... Bermula dari niat seorang alien kriminal kelas berat tingkat kosmik yang bernama Boris The Animal yang ingin membalaskan dendam-nya pada Agent K (Tommy Lee Jones). Dan untuk melakukannya, dia harus kembali ke masa lalu untuk mengubah masa depan. Nah, ini dia bagian dari tugas Agent J (Wil Smith), untuk menyelamatkan masa depan dan orang-orang disekitar-nya. Wooow. =D
Ini gila. Ya, saya akan mengatakan bahwa ini gila. Tapi dalam konotasi NEGATIF. Benar-benar sia-sia menonton film ini. Terus terang, saya suka dengan 2 film sebelum-nya, lucu dan menarik. Namun, saat saya menonton-nya kemarin, apa daya mereka telah beranjak terlalu jauh dari 2 film pertama-nya. Saya merasa lebih lucu 2 film pertama-nya. Film ini sama sekali tidak menghibur saya. Saya tidak mengincar adegan aksi disini. Karena saya sudah punya patokan sebelumnya karena ini sekuel dari 2 film yang sangat menghibur saya dengan konsep "duo agen rahasia bumi" vs "alien". Dan yang saya dapatkan disini kenyataan-nya adalah "pure trash". Percuma saya bela-belain nonton di bioakop dengan layar besar. Hmmmmmm....
Dari sisi objective, film ini bergenre Drama-Comedy-Action. Porsi adegan drama yang paling dominan dibanding porsi humor dan aksi-nya. Dan, oh ya, ternyata tidak ada konten Science lagi di franchise MIB. Ya. Banyak adegan dramatisasi yang akan membuat senang penggemar genre tersebut. Lalu konten humor yang cukup banyak namun tidak sebanyak drama. Dan adegan aksi seadanya. Jadi, kalian lah yang menentukan apakah film ini terlihat menarik atau tidak.
Untuk informasi, secara resmi Sony mengumumkan bahwa film ini di shot dengan kamera 3D. Namun, dari beberapa sumber mengatakan bahwa film ini murni hasil konversi. Dan juga berdasarkan wawancara Sonnenfeld, bahwa di lebih suka post-conversion daripada merekam-nya dengan 3D. Hmmm, jadi bingung ya? Namun, itu tidak berpengaruh, karena fitur 3D disini memang bagus. Tingkat kedalaman-nya ok, sudah cukup untuk membawa kalian melihat menembus kaca jendela dan latar film-nya juga cerah jadi tidak akan gelap apalagi konten pop-out nya. Terdapat banyak konten pop-out di MIB 3 ini. Sungguh tidak sia-sia kok menurut saya jika kalian ingin menonton-nya dalam format 3D. Recommended.
Writer: Etan Cohen, David Koepp, Jeff Nathanson, and Michael Soccio
Sempat beredar kabar bahwa sang sutradara harus memulai syuting tanpa naskah final. Wow. Itu bahaya. Dan, memang seperti-nya benar karena diawal film alur berjalan cepat dan nyaris memberikan rasa yang sama seperti film sebelum-nya, namun seiring berjalan-nya durasi alur-nya semakin nyeleneh dan tidak sesuai lagi dengan franchise-nya. Mungkin itu dikarenakan perubahan tiba-tiba ditengah produksi. Ya, mungkin mereka mencoba memberika sesuatu yang baru disini, dan sesuatu yang baru itu adalah DRAMA.
Director: Barry Sonnenfeld
Masih sutradara yang sama dengan film-film sebelum-nya, dan kemampuan-nya dalam mewujudkan visual dari naskah para penulis memang dahsyat. Semuanya terlihat baik. Kemampuan-nya memang telah berkembang selama sekian tahun. Walaupun dia menggunakan rasio Anamorphic dan bukan CinemaScope, namun hal itu tidak berpengaruh lagi karena ketepatan teknis yang diputuskan olehnya. Dan hebat-nya lagi, ya, hasrat-nya terhadap fitur 3D cukup baik. Dia bisa memanfaatkan adegan-adegan tersebut untuk memberikan pengalaman 3D yang tidak sepele.
No comments:
Post a Comment